Siti Rahmah, nenek tua berusia 85 tahun ini hidup sebatang kara di Pamekasan.
Ia tak memiliki sanak saudara, sementara suami dan anak-anaknya pergi entah kemana.
Si nenek mengaku hanya bisa menangis jika ingat anak-anaknya, ia ingin anaknya pulang dan menjenguknya suatu hari nanti.
Ia juga menangis jika kelaparan. Hanya tetangganyalah penopang hidup satu-satunya.
Ia tak bisa bekerja lagi, tubuh rentanya sudah tak sanggup lagi untuk berdiri.
Para tetangganya pun juga bukan orang berada, jadi yang mereka kasih tidaklah banyak.
Kadang uang, kadang juga nasi. Itu pun tidak setiap hari. Jadi terkadang si nenek harus berpuasa jika tak ada pemberian dari tetangganya.
Sungguh tega memang, ditengah usianya yang sudah tua, anak-anaknya malah pergi meninggalkannya.
Mungkin anak-anaknya sudah tidak ingat lagi siapa yang telah merawat dan membesarkannya hingga dewasa.
Kini tak ada lagi yang bisa dilakukan oleh si nenek, ia hanya bisa pasrah menjalani hidup ini.
Dan ia hanya bisa menunggu kapan waktunya ia kembali kepada sang maha kuasa.
Ia tak memiliki sanak saudara, sementara suami dan anak-anaknya pergi entah kemana.
Si nenek mengaku hanya bisa menangis jika ingat anak-anaknya, ia ingin anaknya pulang dan menjenguknya suatu hari nanti.
Ia juga menangis jika kelaparan. Hanya tetangganyalah penopang hidup satu-satunya.
Ia tak bisa bekerja lagi, tubuh rentanya sudah tak sanggup lagi untuk berdiri.
Para tetangganya pun juga bukan orang berada, jadi yang mereka kasih tidaklah banyak.
Kadang uang, kadang juga nasi. Itu pun tidak setiap hari. Jadi terkadang si nenek harus berpuasa jika tak ada pemberian dari tetangganya.
Sungguh tega memang, ditengah usianya yang sudah tua, anak-anaknya malah pergi meninggalkannya.
Mungkin anak-anaknya sudah tidak ingat lagi siapa yang telah merawat dan membesarkannya hingga dewasa.
Kini tak ada lagi yang bisa dilakukan oleh si nenek, ia hanya bisa pasrah menjalani hidup ini.
Dan ia hanya bisa menunggu kapan waktunya ia kembali kepada sang maha kuasa.